Jumat, 14 Agustus 2015

ライトノベル? Light novel? Novel ringan?

Kino no Tabi (Keiichi Sigsawa, Kouhaku Kuroboshi)


Istilah light novel (ライトノベル : raito noberu) tidak akan kamu temukan di kamus bahasa Inggris manapun juga. Ini hanyalah sebuah istilah yang diciptakan di dunia perbukuan di negara Jepang.

Light novel (LN) atau ranobe tidak banyak berbeda dengan buku biasa, namun ada beberapa karakteristik tertentu yang menjadi ciri khas dari genre ini. Light novel, sesuai dengan artinya, biasanya hanya terdiri dari 30.000 - 50.000 kata, atau sekitar 100 - 200 halaman.

Yang menjadi ciri utama adalah isi light novel selalu ditemani dengan ilustrasi, tapi tidak sampai penuh seperti manga (komik Jepang), dan tidak juga terlalu sedikit sampai seperti buku novel lainnya. Light novel juga bisa hadir dalam serial, seperti Baccano! (Ryōgo Narita, Katsumi Enami) yang sudah berlanjut hingga 21 volume dan masih berlanjut hingga sekarang.

Penulis dan ilustrator dari light novel biasanya orang yang berbeda, meski kadang ada juga penulis yang melakukan ilustrasinya sendiri. Jika light novel ini adalah adaptasi dari sebuah serial manga/anime, maka kemungkinan akan lebih banyak lagi pihak yang dilibatkan.

Light novel pada awalnya ditargetkan khusus untuk anak-anak sampai remaja awal, tapi jangan kira ceritanya selalu simpel seperti buku dongeng bergambar..

Rating dari light novel, seperti halnya manga, juga sangat bervariasi. Light novel bisa berisi drama petualangan biasa, science fiction dan komedi seperti pada serial .hack, tapi juga bisa penuh dengan kekerasan dan dark comedy, atau filosofi hidup, yang ditargetkan lebih untuk orang dewasa seperti Kino no Tabi, All You Need Is Kill (Hiroshi Sakurazaka, Yoshitoshi ABe), atau Attack on Titan: Before The Fall (Ryō Suzukaze, Thores Shibamoto).

Keterkaitan antara dunia manga/anime dan light novel sangatlah erat. Sebuah light novel bisa merupakan adaptasi dari anime/manga terkenal, seperti Death Note atau Rurouni Kenshin; dan tidak jarang juga vice versa.

Beberapa tahun terakhir ini, kepopuleran light novel tampaknya semakin meningkat, tidak hanya di Jepang, namun juga negara-negara dimana potensi pasar anime dan manga sangat tinggi, termasuk Indonesia. Light novel--yang merupakan bentuk evolusi dari pulp magazine--mulanya dijual dengan harga yang murah. Namun dengan munculnya judul terkenal seperti serial Haruhi Suzumiya (Nagaru Tanigawa, Noizi Ito)--yang cetakan pertamanya untuk volume 10 dan 11 saja sudah melampaui 500.000 buah--'kelas' light novel tampaknya semakin meningkat, demikian pula harganya.

Di Indonesia, sekitar tahun 2000-an awal, penerbit Elex Media Komputindo pernah memunculkan beberapa judul terjemahan light novel, seperti God Family karya Sayangnya genre ini tidak begitu laris di pasaran kala itu.

Tetapi, makin ramainya buku-buku remaja sekarang ini, dan juga meningkatnya permintaan akan light novel, tampaknya potensi bentuk literatur ini sungguh sangat bisa dipertimbangkan kembali.

Ada beberapa alasan.

Ranobe bukan hanya bentuk genre literatur lain. Dengan makin ramainya kebiasaan adaptasi, light novel bisa menjadi bahan pelengkap detil kisah, seperti Baccano! yang ramai dengan plot twist dan puluhan karakter berbeda. Atau bisa juga menjadi bahan perbandingan, seperti All You Need Is Kill, yang ceritanya telah dirubah sedemikian rupa oleh Hollywood menjadi film Edge of Tomorrow. Untuk merek populer seperti Death Note, Inuyasha, Naruto, atau Attack on Titan, 'kesetiaan' para fans untuk mengkoleksi berbagai cerita dalam dunia fiksi favoritnya bisa menjadi lahan menjanjikan bagi para penerbit besar maupun kecil.

Light novel Attack on Titan: Before The Fall yang barusan dirilis tampaknya laku berat di pasaran, dan ada juga beberapa bisikan tentang akan segera rilisnya LN Naruto - Kakashi Hidden Legend: Lightning of The Frozen Sky, dan Absolute Duo beberapa bulan mendatang.

Meski demikian, ramainya animo light novel ini mengingatkan saya akan beberapa tahun yang lalu, ketika berbagai judul manga untuk berbagai umur semakin laris. Jika penerbit hanya memperhatikan potensi pasar saja, dan tidak memperhatikan dengan baik rating dan isi cerita sebenarnya, kasus beberapa tahun lalu seperti komik 'porno', penerbit tanpa lisensi, dan protes serta sterotip yang salah dari masyarakat--bisa muncul kembali. Bahkan mungkin lebih parah.

Dan kalau sudah begini yaa... klasik.
Tanggung jawab bukan hanya di penerbit dan toko buku saja loh. Orang tua jangan ketinggalan jaman, dan juga harus selalu sadar benar, ilustrasi 'imut' yang ada di sampul buku bukan selalu berarti ceritanya juga untuk anak-anak imut..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar