Selasa, 11 Agustus 2015

Gagal Ajaib

Ini cerita ajaib yang sayangnya gagal terjadi. Semuanya bermula dari tanda tangan di sebuah buku bekas...

Yang pernah tinggal, lewat, mendengar atau membaca tentang kota Medan pasti tahu tentang Titi Gantung. Jembatan khas yang letaknya dekat stasiun kereta api, selain terkenal karena umurnya yang sudah 130 tahun lebih, juga karena Titi Gantung adalah 'surga' bagi para pemburu buku-buku bekas dan langka.

Ketika keluarga saya masih tinggal di Medan dan lama sebelum masa penggusuran para pedagang buku, tempat ini adalah salah satu tempat favorit ayah saya. Banyak 'harta' yang ditemukan di tempat ini, dan tentu saja, saya yang lagi girang-girangnya membaca juga turut kebagian harta-harta ini.

Salah satunya adalah buku dongeng klasik terbitan Gramedia tahun 1985 berjudul Burung Emas dan Cerita-cerita Lainnya (L'Oiseau D'or et Autres Contes)

Buku kumpulan dongeng ini kemudian menjadi salah buku favorit saya. Karena bukan hanya ceritanya yang berbeda dengan dongeng 'anak-anak' lainnya, ilustrasinya juga sangat indah, karya dari ilustrator terkenal Adrienne Segùr.



Bertahun-tahun kemudian, buku itu masih saya simpan aman di rak buku kamar saya. Suatu pagi, setelah lama tak disentuh, saya iseng membuka buku itu kembali. Halaman pertama, terlihat sebuah tanda tangan, mungkin pemilik awal dari buku bekas ini.

Cecilia.

Saya punya teman bernama Cecilia. Bertemu saat kuliah, dia dari Jakarta.

Ahahah, yang benar saja..

Tapi karena bosan, saya coba memperhatikan tanda tangan itu lagi, teringat bahwa teman saya juga barusan mengirimkan sebuah kartu pos.

Ternyata...

yang kiri adalah dari buku (sengaja tidak semuanya ditampilkan..)


Kemiripan ini terlalu dekat.

Tapi sebentar--identitas orang dewasa saya mencoba membawa logika--Cecilia bukan nama yang tidak umum, dan tanda tangannya cukup sederhana.

Kemiripan ini terlalu dekat..

Yang benar saja, dua anak di kota berjarak ribuan kilometer, dan dalam jangka waktu 15 tahun?

Kemiripan ini terlalu dekat!!

Identitas orang dewasa saya kalah oleh jiwa impulsif saya yang sangat tidak percaya kebetulan. (dan mungkin juga jiwa saya yang lagi sangat bosan)

Ini mungkin hanya kemungkinan, tapi kalau kemungkinan itu adalah sebuah kemungkinan akan sebuah keajaiban, tentu harus dikejar!

Saya kemudian menghubungi teman saya itu, bertanya apakah saat kecil dia pernah punya buku dongeng berjudul Burung Emas.

Dan jawabannya adalah...

Tidak pernah.

(pada titik ini, identitas orang dewasa saya tertawa terbahak-bahak.)

Kemungkinan akan adanya sebuah keajaiban: gagal.
------------

ah, bien.. c'est la vie.

Sayang sekali memang, dan bohong kalau saya bilang saya tidak kecewa (lebih kecewa karena harus bosan kembali).

Tapi sungguh, saya tidak sedih. Meski sebuah cerita tentang keajaiban dari sebuah buku dongeng klasik akhirnya gagal, tapi saya rasa saya tidak kehilangan apapun.

Ketika saya membandingkan kedua tanda tangan itu, keterkejutan itu sempat membuat napas saya berhenti. Dan kemungkinan akan sebuah keajaiban itu, sempat membuat otak saya menciptakan probabilitas-probabilitas, rencana-rencana, strategi-strategi, logika-logika. Kejadian itu juga menghasilkan sebuah tawa, dan sebuah rasa dimana dunia saya seakan bertambah luas.

Mungkin hanya sepersekian detik hal ini terjadi, tapi waktu adalah relatif, dan sepersekian detik akan sebuah kemungkinan keajaiban ini saya rasa sudah cukup untuk mengobati gagalnya sebuah keajaiban tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar