Jumat, 03 Juli 2015

Saga: Identitas Komik

"... Komik menurutku bukan buku. Ia lebih tampak seperti sebuah TV tanpa kabel listrik, tidak bergerak dan tidak bersuara. ..."
Taman Sunyi Sekala - Aida Vyasa



?!


Pernyataan seperti ini bukan hanya sekali atau dua kali terdengar, namun seperti sudah merupakan pandangan lumrah yang ada di masyarakat. Identitas yang diberikan kepada komik tampaknya lebih inferior dibandingkan jenis 'buku' yang lain.
Jika membaca adalah hal yang baik karena menstimulasi otak dengan aktivitasnya menginterpretasikan huruf-huruf dalam tulisan menjadi wujud nyata (Otak Kata), apakah hal yang sama tidak bisa dikatakan dengan membaca komik?

Masalah-masalah tersebut yang akan kita bahas dalam saga kali ini. Apakah komik, hanya karena lebih banyak berisi gambar daripada tulisan, tidak boleh disetarakan sama dengan buku? Apakah benar komik tidak bermanfaat sama sekali?

Dengan menggunakan kata 'komik' dalam saga artikel ini hanyalah untuk kemudahan sementara. Tentu bukan maksud saya untuk menggeneralisasikan semua jenis komik. Komik superhero Amerika, komik silat, komik strip, novel grafis, pasti tidak bisa disamakan dengan manga atau manhwa (yang mungkin juga akan kita bahas tersendiri ;)

Jadi, mari kita mulai saga ini!!

YOSH!

(Artikel ini merupakan bagian dari saga Identitas Komik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar