Sabtu, 02 April 2016

Korban Iklan #2

seperti Necker's Cube, selalu tergantung sudut pandangnya..


Masih cerita tentang saya, si korban iklan dunia sinema masa kini.. 

Kasusnya konyol terkadang, misalnya ketika saya jadi keras kepala: sampai sekarang saya belum mau menonton A Most Wanted Man dan Tales From Earthsea hanya karena saya belum menyelesaikan bukunya--dalam kasus Earthsea, seluruh serialnya. Kekonyolan yang tampaknya benar-benar berasal dari sifat snob saya..

Saya tahu kalau yang namanya menjadi korban, apapun itu, bukanlah hal yang baik. Apalagi kalau itu karena godaan untuk pamer dan kebanggaan nyasar. Bagaimanapun juga, tetap saja saat godaan itu melirik, saya jadi korban lagi. Seperti ketika muncul trailer film High-Rise dengan Tom Hiddleston sebagai karakter utama, atau saat The Night Manager, novel lama le Carré dengan adaptasi terbaru dalam bentuk miniserinya, dengan duet Hugh Laurie dan Tom Hiddleston (lagi. oh no..oh yes.)

Tapi kalau dipikir, kasus saya ini tidaklah seluruhnya terlalu buruk, toh bagaimanapun juga, karena alasan apapun juga, saya jadi makin giat membaca.

Bukan, ini bukan pembenaran. Yah..tidak seluruhnya, maksud saya..

Ada beberapa hal baik yang muncul, karya-karya klasik yang tidak pernah saya tahu sebelumnya, pengarang baru yang talentanya hebat, dan yang paling sering adalah, pengarang lama yang meski sudah sering saya dengar namanya, tapi saya tidak pernah tertarik dengan karyanya.

Seperti dengan Ursula K. Le Guin, pengarang yang konon adalah salah satu inspirasi Neil Gaiman, tapi baru sekarang saya mulai membaca (dan jatuh cinta pada buku pertama) serial mitologi Earthsea nya.

Juga misalnya ketika terdengar berita James Franco akan membintangi miniseri hasil adaptasi novel Stephen King terbaru, 11/22/63. Saya tahu sang pengarang ini, tapi beberapa kali saya berpikir bahwa tipe cerita horor Stephen King tidak akan pernah cocok dengan selera saya. Tapi, James Franco dalam miniseri thriller-sains fiksi tentang time travelling? Akhirnya, asumsi lama saya terbantah setelah saya membaca 11/22/63, dan membuat saya penasaran dengan judul-judul buku lama sang Stephen King.

Atau yang akhir-akhir ini terjadi, 'reuni' saya dengan John le Carré. Gara-gara The Constant Gardener, buku dan filmnya, saya tidak pernah terpikir kembali nama sang penulis mantan agen MI6 ini. Tapi kemudian berubah setelah Tinker, Tailor, Soldier, Spy... kini hati saya dipenuhi intel pensiunan George Smiley, dan Tailor of Panama juga A Perfect Spy sudah menunggu di daftar bacaan.

Jadi, apakah menjadi korban iklan dan kalah dengan godaan dunia sinema adalah hal yang benar-benar buruk? Lagi-lagi, tentu tidak semuanya. Terkadang tergantung niatnya, dan kalaupun niatnya buruk (pamer), bukan tidak mungkin dalam proses membaca, hasilnya malah berubah.

Mengundang pemikiran misalnya, saya terkejut ketika membaca buku asli Children of Men (P.D James) yang ternyata berbeda jauh dengan film adaptasinya. Dan meski saya jauh lebih suka filmnya, tapi bukunya berhasil melengkapi cerita latar belakang sang tokoh utama.

Walau diawali karena godaan iklan, belum tentu juga saya akhirnya benar-benar menonton adaptasinya. Setelah membaca High-Rise, novel distopia klasik karya J.G Ballard, saya agak tidak yakin film adaptasinya akan bisa mencakup semua kegilaan super depresif yang ada dalam bukunya.

Meski mungkin mas Tom akan merubah hal ini sih.

Aih, dunia...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar