Rabu, 21 Oktober 2015

Dosa dan Denda 1½ Dekade

errr..

Posting ini, tampaknya—harusnya—berfungsi sebagai pengingat di masa depan (semoga).

Jadi, ceritanya dimulai ketika 1½ dekade yang lalu, setelah sepuluh tahun saya menghabiskan waktu di tempat ajaib ini, saya harus pindah ke kota lain dan pulau lain. Buat orang yang pernah pindah rumah, apalagi pindah kota, pasti tahu betapa kacau dan semrawut prosesnya—bahkan untuk pelaku yang saat itu masih belum dewasa. Semua barang harus dibongkar, dipisahkan, diatur, dan ditata untuk dikemas. Melelahkan secara fisik dan emosional. Apalagi ketika berurusan dengan koleksi buku, yang dijamin otomatis akan membuat saya lebih berisik, jauh lebih berisik dari biasanya.

Singkat cerita dan waktu untuk bercerita, 1½ dekade sudah berlalu, dan tempat tinggal itu sudah lama masuk daftar nostalgia buat saya. Seperti pribadi ini, koleksi buku lama saya juga sudah berkali-kali bertumbuh, berkembang, berkurang dan bertambah. Tapi ada hal yang memalukan, sungguh sungguh memalukan. Meski sebelumnya sudah disebut saya adalah manusia yang berisik dan cerewet kalau sudah berurusan dengan buku, tapi tampaknya tingkat kecerewetan ini tidak sama dengan tingkat keterampilan dan ketertiban saya.

Dari koleksi buku yang sudah berpindah tempat ini, baru bertahun-tahun saya sadari bahwa ada 2 buku yang bukan milik saya, tapi milik perpustakaan.

Iyep, entah kenapa tampaknya dalam kesibukan persiapan perpindahan itu, saya masih sempat meminjam dua buku serial Goosebumps dari perpustakaan kantor di dekat rumah saya—atau mungkin sangat sangat lupa untuk mengembalikan. Harap maklum, ini bukan perpustakaan profesional di daerah mentereng.

Karena ini sudah bertahun-tahun lamanya terjadi, di tempat yang sangat jauh, mental cuek dan logika pemalas saya kumat untuk melupakan saja kejadian ini (baca: biarkan saja dua buku itu mendekam di rak bersama yang lainnya). Tapi setelah dipikir-pikir, tidak ada yang dikerjakan selain berpikir, dua buku ini—meskipun hanya serial Goosebumps dan hanya dari perpustakaan kecil itu—juga adalah utang saya. Saya yang meminjam dari perpustakaan tersebut, sudah berjanji untuk mengembalikan, dan janji adalah utang, bukan? Dan saya tidak mau kalau mati nanti, entah kapan, bakal susah hanya karena ada dua buku perpustakaan yang belum saya kembalikan.

Jadi, sudah beberapa minggu terakhir ini saya sudah bolak-balik berpikir bagaimana caranya saya mengembalikan dua buku Goosebumps ini.

Mudah-mudahan saja, mereka tidak repot-repot menghitung dendanya...

err..

5.559 DAYS?! GREAT SCOTT!!

Kamis, 08 Oktober 2015

Poirot Melacak | Review

Poirot Investigates
Agatha Christie, Suwarni A.S (Penerjemah)
ISBN 9796050234 (ISBN13: 9789792232479)
Paperback, 287 hal.
Gramedia Pustaka Utama, Januari 2014 (Cetakan Keenam)


Buku ini berisi sebelas cerita singkat tentang kasus Hercule Poirot dan Kapten Hastings. Mulai dari beberapa kasus-kasus pembunuhan 'biasa', penipuan, perampokan, hingga yang heboh seperti penculikan Perdana Menteri Inggris di tengah suasana panas perang dunia.

Meski Agatha Christie adalah salah satu penulis favorit saya, tapi sejujurnya, Hercule Poirot bukanlah detektif yang ada di hati (mon défaut, monsieur). Saya lebih suka Miss Marple yang menyelesaikan kasus bukan hanya dengan cara istimewa, tapi juga dengan sudut pandang yang tidak pernah bisa saya duga.

Dari berbagai adaptasi buruk Sherlock (dan film-film petualangan detektif lainnya), saya sudah dibuat bosan dengan tipikalitas bumbling idiot sidekick--dan gambaran Kapten Hastings di cerita ini hanyalah salah satu dari sekian banyak contoh. Belum lagi sterotip-stereotip rasisme yang muncul di beberapa cerita, benar-benar menggelikan.

Walaupun, sebenarnya, saya bisa menganggap lumrah hal ini. Mengingat waktu dan tempat ketika buku ini ditulis, juga keadaan lingkungan dari sang penulis itu sendiri. 

Buat yang penasaran seperti apa Hercule Poirot, tapi tidak terlalu ingin menghabiskan waktu membaca puluhan buku yang ada di serial, buku ringan ini lumayan bisa membantu.

Membantu untuk mengenal, tapi bukan untuk menyukai.
Penilaian berikutnya, ya tergantung karakter dan situasi masing-masing..
Hercule Poirot by CeskaSoda